Oleh : Dede Farhan Aulawi
Aksara Dewanagari merupakan salah satu sistem tulisan paling berpengaruh di Asia Selatan. Ia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol peradaban, spiritualitas, dan identitas budaya yang telah tumbuh selama ribuan tahun. Digunakan terutama untuk menulis bahasa Hindi, Sanskerta, serta beberapa bahasa India lainnya, aksara ini memiliki akar sejarah yang panjang dan mendalam yang bermula dari aksara Brahmi, sistem tulisan kuno India yang menjadi induk banyak aksara di Asia.
Aksara Brahmi diyakini berkembang pada abad ke-3 SM, pada masa kekuasaan Kaisar Ashoka dari Dinasti Maurya. Melalui berbagai prasasti batu yang tersebar di seluruh India, Brahmi menjadi dasar bagi munculnya berbagai turunan aksara seperti Gupta, Nagari, dan akhirnya Dewanagari. Istilah “Dewanagari” sendiri berasal dari kata deva (dewa) dan nagari (kota), yang secara harfiah berarti “aksara kota para dewa”. Nama ini mencerminkan fungsi suci tulisan ini dalam konteks keagamaan Hindu dan Buddhis.
Ciri khas aksara Dewanagari adalah garis horizontal di bagian atas setiap huruf, yang menghubungkan suku kata dalam satu kata seperti untaian doa. Sistemnya bersifat abugida, di mana setiap huruf dasar mewakili suku kata yang terdiri atas konsonan dan vokal bawaan, dan tanda diakritik digunakan untuk mengubah bunyi vokal. Struktur ini memperlihatkan keseimbangan antara logika fonetik dan keindahan visual yang harmonis.
Dalam konteks bahasa Hindi modern, Dewanagari berfungsi sebagai tulang punggung identitas nasional India. Setelah kemerdekaan India tahun 1947, pemerintah menetapkan Hindi dalam aksara Dewanagari sebagai bahasa resmi negara. Lebih dari sekadar sarana komunikasi, aksara ini menjadi lambang persatuan di tengah keragaman bahasa India yang sangat luas. Melalui puisi, kitab suci, hingga karya sastra modern, Dewanagari terus memperkuat hubungan spiritual dan budaya masyarakat India dengan warisan leluhur mereka.
Selain nilai linguistik, Dewanagari memiliki makna spiritual yang mendalam. Dalam tradisi Hindu dan Buddhis, menulis mantra atau doa dengan aksara ini dianggap sebagai tindakan suci. Setiap guratan huruf dianggap membawa getaran energi spiritual tertentu, sehingga tulisan menjadi bagian dari praktik keagamaan, bukan sekadar simbol fonetik.
Jadi, Aksara Dewanagari adalah hasil evolusi panjang dari aksara Brahmi yang mencerminkan perjalanan intelektual dan spiritual peradaban India. Ia bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga media hidup yang terus menyalurkan semangat budaya dan keagamaan masyarakat. Dalam dunia modern yang serba digital, pelestarian dan pembelajaran aksara Dewanagari menjadi penting agar generasi mendatang tetap terhubung dengan akar peradaban dan kebijaksanaan Timur yang mendalam.
